Dalam Alquran, banyak sekali diceritakan kisah-kisah umat terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah karena mereka mengingkari utusan-Nya dan melakukan berbagai penyimpangan yang telah dilarang. Berikut adalah kaum-kaum yang dibinasakan.
1. Kaum Nabi Nuh
Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun, namun yang beriman hanyalah sekitar 80 orang. Kaumnya mendustakan dan memperolok-olok Nabi Nuh. Lalu, Allah mendatangkan banjir yang besar, kemudian menenggelamkan mereka yang ingkar, termasuk anak dan istri Nabi Nuh (QS Al-Ankabut : 14).
2. Kaum Nabi Hud
Nabi Hud diutus untuk kaum 'Ad. Mereka mendustakan kenabian Nabi Hud. Allah lalu mendatangkan angin yang dahsyat disertai dengan bunyi guruh yang menggelegar hingga mereka tertimbun pasir dan akhirnya binasa (QS Attaubah: 70, Alqamar: 18, Fushshilat: 13, Annajm: 50, Qaaf: 13).
3. Kaum Nabi Saleh
Nabi Saleh diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Nabi Saleh diberi sebuah mukjizat seekor unta betina yang keluar dari celah batu. Namun, mereka membunuh unta betina tersebut sehingga Allah menimpakan azab kepada mereka (QS ALhijr: 80, Huud: 68, Qaaf: 12).
4. Kaum Nabi Luth
Umat Nabi Luth terkenal dengan perbuatan menyimpang, yaitu hanya mau menikah dengan pasangan sesama jenis (homoseksual dan lesbian). Kendati sudah diberi peringatan, mereka tak mau bertobat. Allah akhirnya memberikan azab kepada mereka berupa gempa bumi yang dahsyat disertai angin kencang dan hujan batu sehingga hancurlah rumah-rumah mereka. Dan, kaum Nabi Luth ini akhirnya tertimbun di bawah reruntuhan rumah mereka sendiri (QS Alsyu'araa: 160, Annaml: 54, Alhijr: 67, Alfurqan: 38, Qaf: 12).
5. Kaum Nabi Syuaib
Nabi Syuaib diutuskan kepada kaum Madyan. Kaum Madyan ini dihancurkan oleh Allah karena mereka suka melakukan penipuan dan kecurangan dalam perdagangan. Bila membeli, mereka minta dilebihkan dan bila menjual selalu mengurangi. Allah pun mengazab mereka berupa hawa panas yang teramat sangat. Kendati mereka berlindung di tempat yang teduh, hal itu tak mampu melepaskan rasa panas. Akhirnya, mereka binasa (QS Attaubah: 70, Alhijr: 78, Thaaha: 40, dan Alhajj: 44).
Selain kepada kaum Madyan, Nabi Syuaib juga diutus kepada penduduk Aikah. Mereka menyembah sebidang padang tanah yang pepohonannya sangat rimbun. Kaum ini menurut sebagian ahli tafsir disebut pula dengan penyembah hutan lebat (Aikah) (QS AlHijr: 78, Alsyu'araa: 176, Shaad: 13, Qaaf: 14).
6. Firaun
Kaum Bani Israil sering ditindas oleh Firaun. Allah mengutus Nabi Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun akan azab Allah. Namun, Firaun malah mengaku sebagai tuhan. Ia akhirnya tewas di Laut Merah dan jasadnya berhasil diselamatkan. Hingga kini masih bisa disaksikan di museum mumi di Mesir (Albaqarah: 50 dan Yunus: 92).
7. Ashab Al-Sabt
Mereka adalah segolongan fasik yang tinggal di Kota Eliah, Elat (Palestina). Mereka melanggar perintah Allah untuk beribadah pada hari Sabtu. Allah menguji mereka dengan memberikan ikan yang banyak pada hari Sabtu dan tidak ada ikan pada hari lainnya. Mereka meminta rasul Allah untuk mengalihkan ibadah pada hari lain, selain Sabtu. Mereka akhirnya dibinasakan dengan dilaknat Allah menjadi kera yang hina (QS Al-A'raaf: 163).
8. Ashab Al-Rass
Rass adalah nama sebuah telaga yang kering airnya. Nama Al-Rass ditujukan pada suatu kaum. Konon, nabi yang diutus kepada mereka adalah Nabi Saleh. Namun, ada pula yang menyebutkan Nabi Syuaib.
Sementara itu, yang lainnya menyebutkan, utusan itu bernama Handzalah bin Shinwan (adapula yang menyebut bin Shofwan). Mereka menyembah patung. Ada pula yang menyebutkan, pelanggaran yang mereka lakukan karena mencampakkan utusan yang dikirim kepada mereka ke dalam sumur sehingga mereka dibinasakan Allah (Qs Alfurqan: 38 dan Qaf ayat 12).
9. Ashab Al-Ukhdudd
Ashab Al-Ukhdud adalah sebuah kaum yang menggali parit dan menolak beriman kepada Allah, termasuk rajanya. Sementara itu, sekelompok orang yang beriman diceburkan ke dalam parit yang telah dibakar, termasuk seorang wanita yanga tengah menggendong seorang bayi. Mereka dikutuk oleh Allah SWT (QS Alburuuj: 4-9).
10. Ashab Al-Qaryah
Menurut sebagian ahli tafsir, Ashab Al-Qaryah (suatu negeri) adalah penduduk Anthakiyah. Mereka mendustakan rasul-rasul yang diutus kepada mereka. Allah membinasakan mereka dengan sebuah suara yang sangat keras (QS Yaasiin: 13).
11. Kaum Tubba'
Tubaa' adalah nama seorang raja bangsa Himyar yang beriman. Namun, kaumnya sangat ingkar kepada Allah hingga melampaui batas. Maka, Allah menimpakan azab kepada mereka hingga binasa. Peradaban mereka sangat maju. Salah satunya adalah bendungan air (QS Addukhan: 37).
12. Kaum Saba
Mereka diberi berbagai kenikmatan berupa kebun-kebun yang ditumbuhi pepohonan untuk kemakmuran rakyat Saba. Karena mereka enggan beribadah kepada Allah walau sudah diperingatkan oleh Nabi Sulaiman, akhirnya Allah menghancurkan bendungan Ma'rib dengan banjir besar (Al-Arim) (QS Saba: 15-19).
Sabtu, 17 November 2012
0 Meninggal ketika sujud
Kisah nyata yang diceritakan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al-Ahmad ini terjadi di Abha, ibu kota Provinsi Asir Arab Saudi.
“Setelah melaksanakan shalat Maghrib dia pun berhias, menggunakan gaun pengantin putih yang indah, mempersiapkan diri untuk pesta pernikahannya. Lalu dia ... tiba-tiba mendengar azan Isya, dan dia sadar kalau wudhunya telah batal.
Dia berkata pada ibunya, “Bu, aku mau berwudhu dan shalat Isya.”
Ibunya pun terkejut, “Apa kamu sudah gila? Tamu telah menunggumu untuk melihatmu, bagaimana dengan make-up mu? Semuanya akan terbasuh oleh air.” Ibunya menambahkan, “Aku ini ibumu, dan Ibu katakan jangan shalat sekarang! Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, Ibu akan marah kepadamu!”
Anaknya menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan pergi dari ruangan ini, hingga aku shalat. Ibu, Ibu harus tahu bahwa tidak ada kepatuhan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta”!
Ibunya berkata, “ Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentang dirimu ketika kamu tampil nanti dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up? Kamu takkan terlihat cantik di mata mereka! Dan mereka pun akan mengolok-olok dirimu !”
Anak perempuannya itu berkata dengan tersenyum, “Apakah Ibu takut karena aku takkan terrlihat cantik di mata makhluk? Bagaimana dengan Penciptaku? Yang aku takuti adalah jika dengan sebab kehilangan shalat, aku tidak akan tampak cantik di mata-Nya.”
Lalu, dia berwudhu, dan seluruh make-up-nya terbasuh. Namun, dia tidak merasa bermasalah dengan itu.
Kemudian dia memulai shalatnya. Dan pada saat itu dia bersujud, dia tidak menyadari itu, bahwa itu akan menjadi sujud terakhirnya.
Pengantin wanita itu wafat dengan cara yang indah, bersujud di hadapan Pencipta-Nya.
Ya, ia wafat dalam keadaan bersujud! Betapa akhir yang luar biasa bagi seorang Muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya!
Banyak orang tersentuh mendengarkan kisah ini. Ia telah menjadikan Allah dan ketaatan kepada-Nya sebagai prioritas pertama. Kematian bisa datang menjemput siapa saja dengan tiba-tiba!
0 Hikmah gerakan shalat
Hikmah Gerakan Sholat menurut ilmu kesehatan
Hikmah Gerakan Sholat: Takbirotul Ikhrom, menghindarkan dari berbagai gangguan persendian khususnya tubuh bagian atas.
Hikmah Gerakan Sholat: Ruku', melatih kandung kemih untuk mencegah dari gangguan prostat.
Hikmah Gerakan Sholat: I'tidal, organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian, sehingga menjadi lancar.
Hikmah Gerakan Sholat: Sujud, memperkaya oksigen mengalir ke otak. juga menghindari gangguan wasir dan memberikan kesuburan dan kesehatan organ wanita.
Hikmah Gerakan Sholat: Duduk Iftiros, menghindari nyeri pada pangkal paha yang menyebabkan penderitanya tidak mampu berjalan.
Hikmah Gerakan Sholat: Sujud, gerakan sujud secara kontinyu dapat memacu kecerdasan otak.
Hikmah Gerakan Sholat: Duduk Tawarruk, mencegah penyakit kandung kemih, prostat, saluran vas deferanses dan impotensi.
Hikmah Gerakan Sholat: Salam, gerakan memutar kepala secara maksimal berguna untuk melancarkan darah ke kepala dan berguna melancarkan darah ke kepala dan mengencangkan kulit wajah.
Kesimpulan dari Hikmah Gerakan Sholat
Dengan beribadah secara terus menerus kita telah hidup sehat.
0 Surat dari tahun 2070,Renungkan!
Ini adalah tahun 2070.
Aku baru berusia 50 tahun, tapi penampilanku seperti seseorang berumur 85 tahun.
Aku menderita gangguan ginjal serius, karena aku tidak minum cukup air.
Aku takut aku tidak punya banyak waktu lagi untuk hidup.
Aku adalah salah satu orang tertua di masyarakat ini.
Aku ingat ketika aku masih anak berumur 5 tahun.
Semuanya tampak berbeda.
Ada banyak pohon di taman, rumah dengan kebun yang indah,
dan aku bisa menikmati mandi selama setengah jam.
Saat ini kami menggunakan handuk dengan minyak mineral untuk membersihkan kulit kami.
Sebelumnya, wanita memiliki rambut yang indah.
Sekarang, kami harus mencukur kepala untuk menjaganya tetap bersih tanpa menggunakan air.
Lalu, ayahku dulu mencuci mobilnya dengan air yang keluar dari selang.
Sekarang, anakku tidak percaya bahwa air dapat digunakan dengan cara seperti itu.
Aku ingat bahwa dulu ada peringatan
HEMAT AIR
di poster-poster, radio dan TV, tapi tidak diperhatikan. Kami pikir air
akan selalu tersedia untuk selamanya.
Sekarang, semua sungai, danau, waduk dan lapisan air bawah tanah kering atau terkontaminasi.
Industri hampir berhenti dan pengangguran mencapai proporsi yang dramatis.
Desalinasi tanaman merupakan sumber utama tenaga kerja dan pekerja menerima sebagian dari gaji mereka dalam bentuk air minum.
Serangan bersenjata di jalanan untuk satu jerigen air sangat umum terjadi.
80% makanan adalah sintetik.
Sebelumnya, jumlah yang direkomendasikan untuk minum air untuk orang dewasa adalah 8 gelas per hari.
Saat ini, aku hanya diperbolehkan minum setengah gelas.
Kami sekarang harus mengenakan pakaian sekali pakai,
dan ini meningkatkan jumlah sampah.
Kami menggunakan septic tank sekarang, karena sistem pembuangan limbah tidak bekerja karena kurangnya air.
Tampilan luar dari populasi sungguh mengerikan: berkerut, tubuh kurus karena dehidrasi, penuh luka yang disebabkan oleh radiasi ultra violet yang sekarang lebih kuat tanpa perisai pelindung dari lapisan ozon.
Kanker kulit, infeksi gastrointestinal dan saluran urine adalah penyebab utama kematian.
Karena pengeringan yang berlebihan kulit orang-orang muda yang berusia 20 tahun terlihat seperti 40 tahun.
Ilmuwan menginvestigasi, tetapi tidak ada solusi untuk masalah ini.
Air tidak dapat diproduksi, oksigen juga terdegradasi akibat kurangnya pepohonan dan vegetasi, dan kapasitas intelektual generasi baru sangat terganggu.
Morfologi spermatozoa pada pria telah berubah banyak.
Akibatnya, bayi dilahirkan dengan defisiensi, mutasi dan kelainan bentuk fisik.
Pemerintah mengharuskan kami membayar udara yang kami hirup,
137 m3 per hari per orang dewasa.
Orang-orang yang tidak mampu membayar akan diusir dari “zona yang berventilasi”, berupa paru-paru mekanik yang sangat besar dengan tenaga matahari.
Udara tidak berkualitas baik, tapi setidaknya orang bisa bernapas.
Di beberapa negara, di mana masih ada beberapa zona hijau dilintasi oleh sungai, tempat ini dijaga oleh tentara bersenjata berat.
Air menjadi harta yang sangat didambakan, lebih berharga daripada emas dan berlian.
Di mana aku tinggal, tidak ada pepohonan, karena jarang sekali hujan.
Ketika terjadi presipitasi, itu adalah hujan asam.
Musim telah terpengaruh oleh uji atom dan oleh kontaminasi dari polusi industri abad ke-20 .
Kami telah diperingatkan untuk menjaga lingkungan, tapi tak ada yang peduli.
Dia bertanya: Ayah! Mengapa tidak ada air?
Kemudian, aku merasakan ada yang mengganjal di tenggorokanku!
Aku tak bisa menahan rasa bersalah, karena
Aku termasuk pada generasi yang berkontribusi menyebabkan kerusakan lingkungan atau dengan seenaknya tidak memperhatikan semua tanda peringatan.
Sekarang anak-anak kami harus membayar harga yang sangat tinggi!
Aku sangat percaya bahwa dalam waktu yang singkat kehidupan di bumi tidak akan bertahan lagi, kerusakan alam saat ini mencapai tahap yang tidak dapat diubah.
Bagaimana aku ingin kembali dan membuat manusia mengerti …
… Bahwa kita masih punya waktu untuk menyelamatkan Planet Bumi kita.
0 Hukum pacaran menurut islam
Assallamualaikum wr wb....
Istilah pacaran tidak bisa lepas dari remaja, karena salah satu ciri
remaja yang menonjol adalah rasa senang kepada lawan jenis disertai
keinginan untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya
mulai "naksir" lawan jenisnya. Lalu ia berupaya melakukan pendekatan
untuk mendapatkan kesempatan mengungkapkan isi hatinya. Setelah
pendekatannya berhasil dan gayung bersambut, lalu keduanya mulai
berpacaran.
Pacaran dapat diartikan bermacam-macam, tetapi intinya adalah
jalinan cinta antara seorang remaja dengan lawan jenisnya. Praktik
pacaran juga bermacam-macam, ada yang sekedar berkirim surat,
telepon, menjemput, mengantar atau menemani pergi ke suatu tempat,
apel, sampai ada yang layaknya pasangan suami istri.
Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang
sangat dibanggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya
diri jika sudah memiliki pacar. Sebaliknya remaja yang belum
memiliki pacar dianggap kurang gaul. Karena itu, mencari pacar di
kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis tetapi juga
menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang
mayoritas remaja sudah memiliki teman spesial yang disebut "pacar".
Lalu bagaimana pacaran dalam pandangan Islam???
Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah
hubungan percintaan antara laki-laki dan perempuan pranikah, Islam
mengenalkan istilah "khitbah (meminang". Ketika seorang laki-laki
menyukai seorang perempuan, maka ia harus mengkhitbahnya dengan
maksud akan menikahinya pada waktu dekat. Selama masa khitbah,
keduanya harus menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-aturan
yang telah ditetapkan oleh Islam, seperti berduaan, memperbincangkan
aurat, menyentuh, mencium, memandang dengan nafsu, dan melakukan
selayaknya suami istri.
Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah. Pacaran
tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah
merupakan tahapan untuk menuju pernikahan. Persamaan keduanya
merupakan hubungan percintaan antara dua insan berlainan jenis yang
tidak dalam ikatan perkawinan.
Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan antara
pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana orang
mempraktikkannya. Jika selama masa khitbah, pergaulan antara laki-
laki dan perempuan melanggar batas-batas yang telah ditentukan
Islam, maka itu pun haram. Demikian juga pacaran, jika orang dalam
berpacarannya melakukan hal-hal yang dilarang oleh Islam, maka hal
itu haram.
Jika seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang tidak
dimaksudkan untuk menikahinya saat itu atau dalam waktu dekat,
apakah hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta adalah fitrah
yang diberikan allah, sebagaimana dalam firman-Nya berikut:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)
Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki-
laki maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup
berpasang-pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa
cinta. Seandainya tidak ada cinta, pasti tidak ada orang yang mau
membangun rumah tangga. Seperti halnya hewan, mereka memiliki
instink seksualitas tetapi tidak memiliki rasa cinta, sehingga
setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun rumah
tangga.
Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan
syariat Islam. Karena tidak ada satu pun ayat atau hadis yang
secara eksplisit atau implisit melarangnya. Islam hanya memberikan
batasan-batasan antara yang boleh dan yang tidak boleh dalam
hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.
Di antara batasan-batasan tersebut ialah:
1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zina
Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati zina:
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu
jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32) Maksud ayat ini, janganlah kamu
melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menjerumuskan kamu pada
perbuatan zina. Di antara perbuatan tersebut seperti berdua-duaan
dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan termasuk
bergandengan tangan, berciuman, dan lain sebagainya.
2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan mahramnya
Rasulullah SAW bersabda, "Lebih baik memegang besi yang panas
daripada memegang atau meraba perempuan yang bukan istrinya (kalau
ia tahu akan berat siksaannya). "
3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya
Dilarang laki dan perempuan yang bukan mahramnya untuk berdua-duan.
Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan
yang tidak mahramnya, karena ketiganya adalah setan." (HR. Ahmad)
4. Harus menjaga mata atau pandangan
Sebab mata kuncinya hati. Dan pandangan itu pengutus fitnah yang
sering membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah
berfirman, "Katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka
memalingkan pandangan (dari yang haram) dan menjaga kehormatan
mereka.....Dan katakanlah kepada kaum wanita hendaklah mereka
meredupkan mata mereka dari yang haram dan menjaga kehormatan
mereka..." (QS. An-Nur: 30-31)
Yang dimaksudkan menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan,
tidak melepaskan pandangan begitu saja apalagi memandangi lawan
jenis penuh dengan gelora nafsu.
5. Menutup aurat
Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang
memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk
suaminya. Dalam hadis dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah
dengan berpakaian yang mempertontonkan lekuk tubuh, memakai minyak
wangi yang baunya semerbak, memakai "make up" dan sebagainya setiap
langkahnya dikutuk oleh para Malaikat, dan setiap laki-laki yang
memandangnya sama dengan berzina dengannya. Di hari kiamat nanti
perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya surga (apa lagi
masuk surga)
Selagi batasan di atas tidak dilanggar, maka pacaran hukumnya boleh.
Tetapi persoalannya mungkinkah pacaran tanpa berpandang-pandanga n,
berpegangan, bercanda ria, berciuman, dan lain sebagainya. Kalau
mungkin silakan berpacaran, tetapi kalau tidak mungkin maka jangan
sekali-kali berpacaran karena azab yang pedih siap menanti Anda.
Wassallamu`allaikumsallam wr wb...
0 Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M, kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifah. Dibawah kepemimpinan para khalifah, agama Islam mulai disebarkan lebih luas lagi. Sampai abad ke-8 saja, pengaruh Islam telah menyebar ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, dan Spanyol. Kemudian pada masa dinasti Ummayah, pengaruh Islam mulai berkembang hingga Nusantara.
Sejarah mencatat, kepulauan-kepulauan Nusantara merupakan daerah yang terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Hal tersebut membuat banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia datang ke Nusantara untuk membeli rempah-rempah yang akan dijual kembali ke daerah asal mereka. Termasuk para pedagang dari Arab, Persia, dan Gujarat. Selain berdagang, para pedagang muslim tersebut juga berdakwah untuk mengenalkan agama Islam kepada penduduk lokal.
peta jalur perdagangan
Peta jalur perdagangan kuno yang melalui Indonesia
Teori-Teori Masuknya Islam ke Indonesia
Menurut beberapa sejarawan, agama Islam baru masuk ke Indonesia pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang muslim. Meskipun begitu, belum diketahui secara pasti sejak kapan Islam masuk ke Indonesia karena para ahli masih berbeda pendapat mengenai hal tersebut. Setidaknya ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang proses masuknya Islam ke Indonesia yaitu teori Mekkah, teori Gujarat, dan teori Persia.
Teori Gujarat, Teori yang dipelopori oleh Snouck Hurgronje ini menyatakan bahwa agama Islam baru masuk ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Kambay (Gujarat), India.
Teori Persia, Teori ini dipelopori oleh P.A Husein Hidayat. Teori Persia ini menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Persia (sekarang Iran) karena adanya beberapa kesamaan antara kebudayaan masyarakat Islam Indonesia dengan Persia.
Teori Mekkah, Teori ini adalah teori baru yang muncul untuk menyanggah bahwa Islam baru sampai di Indonesia pada abad ke-13 dan dibawa oleh orang Gujarat. Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Mekkah (arab) sebagai pusat agama Islam sejak abad ke-7. Teori ini didasari oleh sebuah berita dari Cina yang menyatakan bahwa pada abad ke-7 sudah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.
Sebuah batu nisan berhuruf Arab milik seorang wanita muslim bernama Fatimah Binti Maemun yang ditemukan di Sumatera Utara dan diperkirakan berasal dari abad ke-11 juga menjadi bukti bahwa agama Islam sudah masuk ke Indonesia jauh sebelum abad ke-13.
Proses Masuknya Islam di Indonesia
Proses masuknya islam ke Indonesia dilakukan secara damai dengan cara menyesuaikan diri dengan adat istiadat penduduk lokal yang telah lebih dulu ada. Ajaran-ajaran Islam yang mengajarkan persamaan derajat, tidak membeda-bedakan si miskin dan si kaya, si kuat dan si lemah, rakyat kecil dan penguasa, tidak adanya sistem kasta dan menganggap semua orang sama kedudukannya dihadapan Allah telah membuat agama Islam perlahan-lahan mulai memeluk agama Islam.
Proses masuknya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai dan dilakukan dengan cara- cara sebagai berikut.
Melalui Cara Perdagangan
Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan laut yang menghubungkan antara China dan daerah lain di Asia. Letak Indonesia yang sangat strategis ini membuat lalu lintas perdagangan di Indonesia sangat padat karena dilalui oleh para pedagang dari seluruh dunia termasuk para pedagang muslim. Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang muslim ini banyak yang tinggal dan mendirikan perkampungan islam di Nusantara. Para pedagang ini juga tak jarang mengundang para ulama dan mubaligh dari negeri asal mereka ke nusantara. Para ulama dan mubaligh yang datang atas undangan para pedagang inilah yang diduga memiliki salah satu peran penting dalam upaya penyebaran Islam di Indonesia.
Melalui Perkawinan
Bagi masyarakat pribumi, para pedagang muslim dianggap sebagai kelangan yang terpandang. Hal ini menyebabkan banyak penguasa pribumi tertarik untuk menikahkan anak gadis mereka dengan para pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan menjadi muslim terlebih dahulu. Pernikahan secara muslim antara para saudagar muslim dengan penguasa lokal ini semakin memperlancar penyebaran Islam di Nusantara.
Melalui Pendidikan
Pengajaran dan pendidikan Islam mulai dilakukan setelah masyarakat islam terbentuk. Pendidikan dilakukan di pesantren ataupun di pondok yang dibimbing oleh guru agama, ulama, ataupun kyai. Para santri yang telah lulus akan pulang ke kampung halamannya dan akan mendakwahkan Islam di kampung masing-masing.
Melalui Kesenian
Wayang adalah salah satu sarana kesenian untuk menyebarkan islam kepada penduduk lokal. Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh terpandang yang mementaskan wayang untuk mengenalkan agama Islam. Cerita wayang yang dipentaskan biasanya dipetik dari kisah Mahabrata atau Ramayana yang kemudian disisipi dengan nilai-nilai Islam.
Kamis, 01 November 2012
0 Sebelum Meninggal Dia Mengatakan, “Aku Mencium Bau Surga!”
Dalam sebuah hadits yang terdapat dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu’anha bahwa Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam bersabda, “Ada tujuh golongan orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari tiada naungan selain dari naunganNya…di antaranya, seorang pemuda yang tumbuh dalam melakukan ketaatan kepada Allah.” Dalam sebuah hadits shahih dari Anas bin an-Nadhr RA, ketika perang Uhud ia berkata, “Wah…angin surga, sungguh aku telah mecium bau surga yang berasal dari balik gunung Uhud.” Seorang Doktor bercerita kepadaku, “Pihak rumah sakit menghubungiku dan memberitahukan bahwa ada seorang pasien dalam keadaan kritis sedang dirawat. Ketika aku sampai, ternyata pasien tersebut adalah seorang pemuda yang sudah meninggal -semoga Allah merahmatinya-. Lantas bagaimana detail kisah wafatnya. Setiap hari puluhan bahkan ribuan orang meninggal. Namun bagaimana keadaan mereka ketika wafat? Dan bagaimana pula dengan akhir hidupnya? Pemuda ini terkena peluru nyasar, dengan segera kedua orang tuanya -semoga Allah membalas kebaikan mereka- melarikannya ke rumah sakit militer di Riyadh. Di tengah perjalanan, pemuda itu menoleh kepada ibu bapaknya dan sempat berbicara. Tetapi apa yang ia katakan? Apakah ia menjerit dan mengerang sakit? Atau menyuruh agar segera sampai ke rumah sakit? Ataukah ia marah dan jengkel? Atau apa? Orang tuanya mengisahkan bahwa anaknya tersebut mengatakan kepada mereka, ‘Jangan khawatir! Saya akan meninggal… tenanglah… sesungguhnya aku mencium bau surga.!’ Tidak hanya sampai di sini saja, bahkan ia mengulang-ulang kalimat tersebut di hadapan pada dokter yang sedang merawat. Meskipun mereka berusaha berulang-ulang untuk menyelamatkannya, ia berkata kepada mereka, ‘Wahai saudara-saudara, aku akan mati, jangan kalian menyusahkan diri sendiri… karena sekarang aku mencium bau surga.’ Kemudian ia meminta kedua orang tuanya agar mendekat lalu mencium keduanya dan meminta maaf atas segala kesalahannya. Kemudian ia mengucapkan salam kepada saudara-saudaranya dan mengucapkan dua kalimat syahadat, ‘Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah. ‘ Ruhnya melayang kepada Sang Pencipta Subhanallahu wa Ta’ala. Allahu Akbar… apa yang harus kukatakan dan apa yang harus aku komentari… semua kalimat tidak mampu terucap… dan pena telah kering di tangan… aku tidak kuasa kecuali hanya mengulang dan mengingat Firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala, ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.’ (Ibrahim: 27). Tidak ada yang perlu dikomentari lagi.” Ia melanjutkan kisahnya, “Mereka membawanya untuk dimandikan. Maka ia dimandikan oleh saudara Dhiya’ di tempat memandikan mayat yang ada di rumah sakit tersebut. Petugas itu melihat beberapa keanehan yang terakhir. Sebagaimana yang telah ia ceritakan sesudah shalat Maghrib pada hari yang sama. I. Ia melihat dahinya berkeringat. Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah Salallahu’alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin meninggal dengan dahi berkeringat.” Ini merupakan tanda-tanda Husnul Khatimah. II. Ia katakan tangan jenazahnya lunak demikian juga pada persendiannya seakan-akan dia belum mati. Masih mempunyai panas badan yang belum pernah ia jumpai sebelumnya semenjak ia bertugas memandikan mayat. Padahal tubuh orang yang sudah meninggal itu dingin, kering dan kaku. III. Telapak tangan kanannya seperti seorang yang membaca tasyahud yang mengacungkan jari telunjuknya mengisyaratkan ketauhidan dan persaksiaannya, sementara jari-jari yang lain ia genggam. Subhanallah… sungguh indah kematian seperti ini. Kita bermohon semoga Allah menganugrahkan kita Husnul Khatimah. Saudara-saudara tercinta… kisah belum selesai… Saudara Dhiya’ bertanya kepada salah seorang pamannya, apa yang ia lakukan semasa hidupnya? Tahukah anda apa jawabannya? Apakah anda kira ia menghabiskan malamnya dengan berjalan-jalan di jalan raya? Atau duduk di depan televisi untuk menyaksikan hal-hal yang ter-larang? Atau ia tidur pulas hingga terluput mengerjakan shalat? Atau sedang meneguk khamr, narkoba dan rokok? Menurut anda apa yang telah ia kerjakan? Mengapa ia dapatkan Husnul Khatimah yang aku yakin bahwa saudara pembaca pun mengidam-idamkannya; meninggal dengan mencium bau surga. Ayahnya berkata, ‘Ia selalu bangun dan melaksanakan shalat malam sesanggupnya. Ia juga membangunkan keluarga dan seisi rumah agar dapat melaksanakan shalat Shubuh berjamaah. Ia gemar menghafal al-Qur’an dan termasuk salah seorang siswa yang berprestasi di SMU’.” Aku katakan, “Maha benar Allah yang berfirman, ‘Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang.’ (Fushshilat: 30-32).”
0 Sejarah KeKhalifahan Islam
Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kaum muslimin agar mereka mengangkat seorang khalifah setelah beliau SAW wafat, yang dibai'at dengan bai'at syar'i untuk memerintahkan kaum muslimin berdasarkan Kitabullah dan Sunah Rasulullah SAW. Menegakkan syari'at Allah, dan berjihad bersama kaum muslimin melawan musuh-musuh Allah.
Rasulullah SAW bersabda , "Sesungguhnya tidak ada Nabi setelah aku, dan akan ada para khalifah, dan banyak (jumlahnya)." para sahabat bertanya, "Apa yang engkau perintahkan kepada kami? Nabi SAW menjawab, "penuhilah bai'at yang pertama, dan yang pertama. Dan Allah akan bertanya kepada mereka apa-apa yang mereka pimpin." (HR. MUSLIM).
Rasulullah SAW berwasiat kepada kaum muslimin, agar jangan sampai ada masa tanpa adanya khalifah (yang memimpin kaum muslimin). Jika hal ini terjadi, dengan tiadanya seorang khalifah, maka wajib bagi kaum muslimin berupaya mengangkat khalifah yang baru, meskipun hal itu berakibat pada kematian.
Khilafah Islamiyah
Sabda Rasulullah SAW, "Barang siapa mati dan dipundaknya tidak membai'at Seorang imam (khalifah), maka matinya (seperti) mati (dalam keadaan) jahiliyyah."
Rasulullah SAW juga bersabda, "Jika kalian menyaksikan seorang khalifah, hendaklah kalian taat, walaupun (ia) memukul punggungmu. Sesungguhnya jika tidak ada khalifah, maka akan terjadi Kekacauan." (HR. THABARANI)
sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan (kepada kita) untuk taat kepada khalifah. Allah berfirman : "Hai orang-orang yang berfirman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri diantara kamu." (AN NISA :59)
Kaum muslimin telah menjaga wasiat Rasulullah SAW tersebut sepanjang 13 abad. Selama interval waktu itu, kaum muslimin tidak pernah menyaksikan suatu kehidupan tanpa ada (dipimpin) seorang khalifah yang mengatur urusan-urusan mereka. Ketika seorang khalifah meninggal atau diganti, "ahlul halli wal 'aqdi" segera mencari, memilih, dan menentukan pengganti khalifah terdahulu. Hal ini terus berlangsung pada masa-masa Islam (saat itu). Setiap masa, kaum muslimin senantiasa menyaksikan bai'at kepada khalifah atas dasar taat. Ini dimulai sejak masa Khulafaur Rasyidin hingga periode para Khalifah dari Dinasti 'Utsmaniyyah.
Kaum muslimin mengetahui bahwa khalifah pertama dalam sejarah Islam adalah Abu Bakar ra, akan tetapi mayoritas kaum muslimin saat ini, tidak mengetaui bahwa Sultan 'Abdul Majid II adalah khalifah terakhir yang dimiliki oleh umat Islam, pada masa lenyapnya Daulah Khilafah Islamiyyah akibat ulah Musthafa Kamal yang menghancurkan sistem kilafah dan meruntuhnya Dinasti 'Utsmaniyyah. Fenomena ini terjadi pada tanggal 27 Rajab 1342 H.
Dalam sejarah kaum muslimin hingga hari ini, pemerintah Islam di bawah institusi Khilafah Islamiah pernah dipimpin oleh 104 khalifah. Mereka (para khalifah) terdiri dari 5 orang khalifah dari khulafaur raasyidin, 14 khalifah dari dinasti Umayyah, 18 khalifah dari dinasti 'Abbasiyyah, diikuti dari Bani Buwaih 8 orang khalifah, dan dari Bani Saljuk 11 orang khalifah. Dari sini pusat pemerintahan dipindahkan ke kairo, yang dilanjutkan oleh 18 orang khalifah. Setelah itu khalifah berpindah kepada Bani 'Utsman. Dari Bani ini terdapat 30 orang khalifah. Umat masih mengetahui nama-nama para khulafaur rasyidin dibandingkan dengan yang lain. Walaupun mereka juga tidak lupa dengan Khalifah 'Umar bin 'Abd al-'Aziz, Harun al-rasyid, Sultan 'Abdul Majid, serta khalifah-khalifah yang masyur dikenal dalam sejarah.
Masa khulafaur Rasyidin
Abu Bakar as-Siddiq ra (tahun 11-13 H / 632-634 M).
'Umar bin khattab ra (tahun 13-23 H / 634-644 M).
'Utsman bin 'Affan ra (tahun 23-35 H / 644-656 M).
Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H / 656-661 M).
Al-Hasan bin Ali ra (tahun 40 H / 661 M).
Masa Khilafah Islamiyah
Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:
Mu'awiyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H / 661-680 M).
Yazid bin Mu'awiyah (tahun 61-64 H / 680-683 M).
Mu'awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H / 683-684 M).
Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H / 684-685 M).
'Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H / 685-705 M).
Walid bin 'Abdul Malik (tahun 86-97 H / 705-715 M).
Sulaiman bin 'Abdul Malik (tahun 97-99 H / 715-717 M).
'Umar bin 'Abdul 'Aziz (tahun 99-102 H / 717-720 M).
Yazid bin 'Abdul Malik (tahun 102-106 H / 720-724 M).
Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H / 724-743 M).
Walid bin Yazid (tahun 126 H / 744 M).
Yazid bin Walid (tahun 127 H / 744 M).
Ibrahim bin Walid (tahun 127 H / 744 M).
Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H / 744-750 M).
Setelah Bani Umayyah, Kekhalifahan berpindah ke tangan Bani Abassiyah dan bani-bani yang lain. Mereka adalah sebagai berikut:
I. Dari Bani 'Abbas
Abul 'Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H / 750-754 M).
Abu Ja'far al-Mansyur (tahun 137-159 H / 754-775 M).
Al-Mahdi (tahun 159-169 H / 775-785 M).
Al-Hadi (tahun 169-170 H / 785-786 M).
Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H / 786-809 M).
Al-Amiin (tahun 194-198 H / 809-813 M).
Al-Ma'mun (tahun 198-217 H / 813-833 M).
Al-Mu'tashim Billah (tahun 218-228 H / 833-842 M).
Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H / 842-847 M).
Al-Mutawakil 'Ala al-Allah (tahun 232-247 H / 847-861 M).
Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H / 861-862 M).
Al-Musta'in Billah (tahun 248-252 H / 862-866 M).
Al-Mu'taz Billah (tahun 252-256 H / 866-869 M).
Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H / 869-870 M).
Al-Mu'tamad 'Ala al-Allah (tahun 257-279 H / 870-892 M).
Al-Mu'tadla Billah (tahun 279-290 H / 892-902 M).
Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H / 902-908 M).
Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H / 908-932 M).
Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H / 932-934 M).
II. Dari Bani Buwaih
Al-Radli Billah (tahun 323-329 H / 934-940 M).
Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H / 940-944 M).
Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H / 944-946 M).
Al-Muthi' Lillah (tahun 335-364 H / 946-974 M).
Al-Thai'i Lillah (tahun 364-381 H / 974-991 M).
Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H / 991-1031 M).
Al-Qa'im Bi Amrillah (tahun 423-468 H / 1031-1075 M).
III. Dari Bani Saljuk
Al Mu'tadi Biamrillah (tahun 468-487 H / 1075-1094 M).
Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H / 1094-1118 M).
Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H / 1118-1135 M).
Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H / 1135-1136 M).
Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H / 1136-1160).
Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H / 1160-1170 M).
Al Mustadhi'u Biamrillah (tahun 566-576 H / 1170-1180 M).
An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H / 1180-1225 M).
Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H / 1225-1226 M).
Al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H / 1226-1242 M).
Al Mu'tashim Billah ( tahun 640-656 H / 1242-1258 M).
Setelah itu kaum muslimin hidup selama 3,5 tahun tanpa seorang khalifah pun. Ini terjadi karena serangan orang-orang Tartar ke negeri-negeri Islam dan pusat kekhalifahan di Baghdad. Namun demikian, kaum muslimin di Mesir, pada masa dinasti Mamaluk tidak tinggal diam, dan berusaha mengembalikan kembali kekhilafahan. kemudian mereka membai'at Al Muntashir dari Bani Abbas. Ia adalah putra Khalifah al-Abbas al-Dhahir Biamrillah dan saudara laki-laki khalifah Al Mustanshir Billah, paman dari khalifah Al Mu'tashim Billah. Pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke Mesir. Khalifah yang diangkat dari mereka ada 18 orang yaitu :
Al Mustanshir billah II (tahun 660-661 H / 1261-1262 M).
Al Haakim Biamrillah I ( tahun 661-701 H / 1262-1302 M).
Al Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H / 1302-1334 M).
Al Watsiq Billah I (tahun 732-742 H / 1334-1354 M).
Al Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H / 1343-1354 M).
al Mu'tadlid Billah I (tahun 753-763 H / 1354-1364 M).
Al Mutawakkil 'Alallah I (tahun 763-785 H / 1363-1386 M).
Al Watsir Billah II (tahun 785-788 H / 1386-1389 M).
Al Mu'tashim (tahun 788-791 H / 1389-1392 M).
Al Mutawakkil 'Alallah II (tahun 791-808 H / 1392-1409 M).
Al Musta'in Billah (tahun 808-815 H / 1409-1416 M).
Al Mu'tadlid Billah II (tahun 815-845 H / 1416-1446 M).
Al Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H / 1446-1455 M).
Al Qa'im Biamrillah (tahun 754-859 H / 1455-1460 M).
Al Mustanjid Billah (tahun 859-884 H / 1460-1485 M).
Al Mutawakkil 'Alallah (tahun 884-893 H / 1485-1494 M).
Al Mutamasik Billah (tahun 893-914 H / 1494-1515 M).
Al Mutawakkil 'Alallah V (tahun 914-918 H / 1515-1517 M).
Ketika daulah Islamiyah Bani Saljuk berakhir di anatolia, Kemudian muncul kekuasaan yang berasal dari Bani Utsman dengan pemimpinnya "Utsman bin Arthagherl sebagai khalifah pertama Bani Utsman, dan berakhir pada masa khalifah Bayazid II (918 H/1500 M) yang diganti oleh putranya Sultan Salim I. Kemudian khalifah dinasti Abbasiyyah, yakni Al Mutawakkil "alallah diganti oleh Sultan Salim. Ia berhasil menyelamatkan kunci-kunci al-Haramain al-Syarifah. Dari dinasti Utsmaniyah ini telah berkuasa sebanyah 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad keenam belas Masehi. Nama-nama mereka adalah sebagai berikut:
Salim I (tahun 918-926 H / 1517-1520 M).
Sulaiman al-Qanuni (tahun 916-974 H / 1520-1566 M).
Salim II (tahun 974-982 H / 1566-1574 M).
Murad III (tahun 982-1003 H / 1574-1595 M).
Muhammad III (tahun 1003-1012 H / 1595-1603 M).
Ahmad I (tahun 1012-1026 H / 1603-1617 M).
Musthafa I (tahun 1026-1027 H / 1617-1618 M).
'Utsman II (tahun 1027-1031 H / 1618-1622 M).
Musthafa I (tahun 1031-1032 H / 1622-1623 M).
Murad IV (tahun 1032-1049 H / 1623-1640 M).
Ibrahim I (tahun 1049-1058 H / 1640-1648 M).
Mohammad IV (1058-1099 H / 1648-1687 M).
Sulaiman II (tahun 1099-1102 H / 1687-1691M).
Ahmad II (tahun 1102-1106 H / 1691-1695 M).
Musthafa II (tahun 1106-1115 H / 1695-1703 M).
Ahmad II (tahun 1115-1143 H / 1703-1730 M).
Mahmud I (tahun 1143-1168 / 1730-1754 M).
"Utsman IlI (tahun 1168-1171 H / 1754-1757 M).
Musthafa II (tahun 1171-1187H / 1757-1774 M).
'Abdul Hamid (tahun 1187-1203 H / 1774-1789 M).
Salim III (tahun 1203-1222 H / 1789-1807 M).
Musthafa IV (tahun 1222-1223 H / 1807-1808 M).
Mahmud II (tahun 1223-1255 H / 1808-1839 M).
'Abdul Majid I (tahun 1255-1277 H / 1839-1861 M).
"Abdul 'Aziz I (tahun 1277-1293 H / 1861-1876 M).
Murad V (tahun 1293-1293 H / 1876-1876 M).
Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H / 1876-1909 M).
Muhammad Risyad V (tahun 1328-1339 H / 1909-1918 M).
Muhammad Wahiddin II (tahun 1338-1340 H / 1918-1922 M).
'Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H / 1922-1924 M).
Sekali lagi terjadi dalam sejarah kaum muslimin, hilangnya kekhalifahan. Sayangnya, kaum muslimin saat ini tidak terpengaruh, bahkan tidak peduli dengan runtuhnya kekhilafahan. Padahal menjaga kekhilafahan tergolong kewajiban yang sangat penting. Dengan lenyapnya institusi kekhilafahan, mengakibatkan goncangnya dunia Islam, dan memicu instabilitas di seluruh negeri Islam. Namun sangat disayangkan, tidak ada (pengaruh) apapun dalam diri umat, kecuali sebagian kecil saja.
Jika kaum muslimin pada saat terjadinya serangan pasukan Tartar ke negeri mereka, mereka sempat hidup selama 3,5 tahun tanpa ada khalifah, maka umat Islam saat ini, telah hidup selama lebih dari 75 tahun tanpa keberadaan seorang khalifah. Seandainya negara-negara Barat tidak menjajah dunia Islam, dan seandainya tidak ada penguasa-penguasa muslim bayaran, seandainya tidak ada pengaruh tsaqofah, peradaban, dan berbagai persepsi kehidupan yang dipaksakan oleh Barat terhadap kaum muslimin, sungguh kembalinya kekhilafahan itu akan jauh lebih mudah. Akan tetapi kehendak Allah berlaku bagi ciptaanNya dan menetapkan umat ini hidup pada masa yang cukup lama.
Umat Islam saat ini hendaknya mulai rindu dengan kehidupan mulia di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Dan Insya Allah Daulah Khilafah itu akan berdiri. Sebagaimana sabda Rasulullah "...kemudian akan tegak Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan manhaj Nabi". Kami dalam hal ini tidak hanya yakin bahwa kekhilafahan akan tegak, lebih dari itu, kota Roma (sebagai pusat agama Nashrani) dapat ditaklukkan oleh kaum muslimin setelah dikalahkannya Konstantinopel yang sekarang menjadi Istambul. Begitu pula daratan Eropa, Amerika, dan Rusia akan dikalahkan. Kemudian Daulah Khilafah Islamiyah akan menguasai seluruh dunia setelah berdirinya pusat Daulah Khilafah. Sungguh hal ini dapat terwujud dengan Izin Allah. Kita akan menyaksikannya dalam waktu yang sangat dekat. Insya Allah.
Langganan:
Postingan (Atom)