™[]Klik Judul Postingan Untuk Melihat Isi Selengkapnya!![]™

Selasa, 07 Agustus 2012

0 Sadarlah Sobat Bahwa Harta,Jabatan,Kesehatan Hanyalah Titipan dari Allah dan Suatu Saat Akan Kembali Pada Allah

Seorang professor senior di sampingku ini kini sudah menginjak umur 74 tahun, namun masih aktif mengajar di kampus. Membimbing kami, menyampaikan ilmu, berbagi ilmu dan pengalaman hidup. Subhanallah. Ia pun masih menyetir sendiri mobilnya, olahraga tenis, dan beraktivitas lainnya layaknya orang yang masih muda.

Namun tetap tak dapat dipungkiri, raganya tak sekuat dulu, tak sesigap dulu, tak sesegar dulu. Kini kulitnya sudah berkeriput, kulihat gerakan tangannya bergetar, pandangan matanya sudah tak fokus lagi. Bicaranya sudah mulai terbata-bata, dan pendengarannya pun sudah melemah.
Penampilannya seperti kurang terurus, aku tak tau apakah istrinya masih ada atau tidak. Anak lelakinya, dua-duanya sudah besar dan sukses. Satu hakim, satu dosen jebolan US. Entahlah, aku merasa iba saja melihatnya. Ke mana anak-anaknya? Tak adakah yang merawat beliau? Aku suka sekali dengan kesahajaannya, dengan penampilan sederhananya. Namun tetap saja aku merasa kasihan padanya, seolah tak ada yang mengurusi dan merawat.

Pangkat professor, paper yang dipublish dimana-mana, jalan-jalan ke berbagai negara, penghasilan yang besar, istri, anak-anak yang sukses, pada akhirnya akan pergi meninggalkan kita, kecuali amalan yang akan menemani kita.

Tak ada yang abadi di dunia ini. Yang muda akan menjadi tua, yang hidup akan mati, yang kaya jatuh miskin, yang sehat menjadi sakit, yang punya kekuasaan pun lambat laun akan lengser. Namun banyak yang tak menyadarinya. Tak sadar kalau semua ini sementara, tak abadi. Bahkan akhir hidup di dunia pun adalah misteri yang kita tak tau kapan datangnya. Beruntung bagi mereka yang sedang dan selalu mempersiapkan bekal untuk mati, namun sungguh rugi bagi mereka yang melulu memikirkan kehidupan dunia, entah itu mencari uang sebanyak-banyaknya, gila jabatan, gila pujian, dll. Lalu di manakah letak diri ini? Masuk golongan yang manakah diri ini? Astaghfirullaahal ‘Adziim…

Wahai diri, sadarlah semua hanya titipan dan akan kembali pada-Nya…
Di sisa umurku ini, semoga kebaikan yang mendominasi, semoga kebaikan yang dapat aku pancarkan, semoga kebaikan yang selalu aku lakukan, semoga…
Ya Rabb, jika sampai waktuku… izinkan diri ini kembali pada-Mu dengan husnul khatimah, aamiin…

0 Kematian Adalah Garis Finish

Salah satu Dosen Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Alauddin Makassar sebut saja Quraisy Mathar mendefinisikan bahwa kematian adalah finish, merupakan puncak tertinggi sebuah kehidupan di dunia. Semua orang pasti berlari untuk sampai ke garis finish, jadi tidak perlu takut, tetapi berbanggalah ketika sampai di garis finish tersebut.

Kematian, itu adalah rahasia Allah SWT. Kita terkadang lupa dan menganggap bahwa ajal masih jauh. Apalagi jika kita merasa masih muda, sehat dan kuat. Ingatlah, belum tentu orang yang sakit-sakitan ada dalam urutan awal. Boleh jadi orang yang sehat wal’afiat wafat lebih dahulu. Kita tak boleh lalai bahwa siap atau tidak, kematian pasti datang menghampiri, entah kapan dan di mana.

Kematian, kata ini dalam bahasa Arab disebut    الموت jikalau orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT mendengar kata ini maka ia akan semakin beriman kepada Allah. Sebab orang yang benar-benar beriman tahu akan tujuan hidup di dunia, ia paham bahwa hidup di dunia hanya sementara.
Ketahuilah bahwa kita hidup di dunia tiada lain hanya untuk menghambakan diri kepada sang Khaliq yaitu Allah SWT yang mengetahui segala apa yang di langit dan di bumi.  Telah disebutkan dalam al-Quran bahwa semua makhluk ciptaan Allah yang mempunyai nyawa semua akan mengalami kematian berikut firmanNYA:
…كل نفس ذائقة الموت
Artinya: “Setiap yang bernyawa itu pasti akan mengalami kematian.” (QS. Ali ‘Imran: 185)

Jika selalu mengingat kematian maka Anda akan senantiasa meluangkan waktu untuk memperbanyak bekal menuju kehidupan kekal abadi yaitu akhirat, sebab di akhiratlah kehidupan yang sebenarnya. Kita hidup di dunia untuk menyembah Allah SWT secara ikhlas sehingga dengan menyembah Allah/melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNYA maka kita akan memperoleh pahala sebagai bekal di kehidupan akhirat kelak. Seorang da’i mengatakan “Janganlah engkau lupakan kematian karena kematian tidak akan pernah melupakanmu” Hal ini sesuai firman Allah dalam al-Quran yang mengatakan:
… أين ما تكو ن يدرككم الموت
Artinya: ”Di mana pun kalian berada pasti kematian akan mendapatkanmu.” (QS. An-nisa Ayat 78)

Ketahuilah wahai saudara-saudaraku kehidupan dunia yang begitu serba canggih apalagi memasuki era globalisasi, era dimana yang jauh menjadi dekat, yang sulit menjadi mudah, orang kulit hitam bisa menjadi kulit putih itulah realita kehidupan sekarang. Terkadang seorang mukmin terlena akan kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat jauh lebih baik yaitu kehidupan Surga yang di dalamnya ada bidadari cantik, suci, serta banyak hal yang belum diketahui oleh manusia karena itu adalah rahasia ilahi. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana cara mencapai kebahagiaan hidup di akhirat……? Di akhirat kelak segala amal perbuatan di dunia baik atau buruk semuanya akan ditimbang, jika amal baik seseorang lebih berat dari pada amal buruk maka ia akan mendapatkan kehidupan yang sejahtera, kehidupan yang lebih baik dari pada kehidupan dunia, akan tetapi jika amal buruknya yang berat maka ia akan dilemparkan ke dalam api neraka yang begitu panas naudzu bilLLAHI min dzalik. Hal ini diterangkan dalam al-Quran:
Artinya: Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang sangat panas. (QS. Al-Qariah: 6-11)

Oleh karena itu saya sebagai seorang muslim, mukmin, mengajak kepada semua kaum muslimin untuk senantiasa memperbanyak amal baik, menanam amal baik karena barang siapa yang melaksanakan amal baik sekecil apapun itu maka ia akan melihatnya, begitu pula dengan keburukan, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an:
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan   melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Az-zalzalah: 7-8)

Janganlah kita sombong dengan titel, jabatan, harta, kecantikan, karena semua itu adalah hiasan dunia ataupun shilah (penghubung) untuk beribadah kepada Allah SWT, sudah banyak orang yang sombong karena harta yang ia miliki mobil yang mewah, rumah yang mewah semuanya serba mewah. Saudara-saudaraku ingat…..! Jika kematian tiba semua tidak ada yang ikut menemani kita ke alam kubur kecuali amal perbuatan selama di dunia dan dapat dicapai jikalau ilmu, harta,  jabatan, dimanfaatkan di jalan Allah dengan ikhlas, serta  kehidupan surga dapat dicapai dengan ridha Allah SWT.

Orang miskin, orang kaya, orang gila, orang jelek, orang cantik, orang hitam, orang berkulit mulus, kasar dan lain-lain jika sudah mengalami kematian akan diantar ke tempat peristirahatan yang terakhir yaitu pekuburan dengan menggunakan kain kafan bukan baju mahal,  dengan mobil ambulance bukan dengan mobil mewah yang kita miliki. Kesimpulan, apapun yang kita miliki harta, jabatan, title, mari memanfaatkannya di jalan Allah jangan menjadikan sebagai ajang ketakaburan. Sebelum penulis mengakhiri tetesan tulisan ini, beribu-ribu bintang di langit begitulah permohonan maaf kepada pembaca jika dengan hadirnya bacaan ini membuat saudara-saudaraku resah. Tak ada tujuan penulis kecuali saling mengingatkan sebagaimana dikatakan:
فذكر فأن الذكر تنفع للمؤمنين……..
Artinya: Berilah peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat untuk orang-orang yang beriman (Mukmin)’’.

Semoga ulasan ini bermanfaat kepada para pembaca terkhusus kepada seluruh umat Islam, jika terdapat kekeliruan dalam goresan ini mohon dimaafkan karena saya hanya  manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan.

Senin, 06 Agustus 2012

0 Tips Agar Puasa Ramadhan Tidak Sia-Sia

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, "Betapa banyak, seseorang yang berpuasa, namun tidak mendapat apa-apa dari puasanya, kecuali rasa lapar. Dan betapa banyak seseorang yang beribadah sholat malam, namun juga tidak mendapat apa-apa dari sholatnya, kecuali begadang." (HR. Ibn Majah)
Bulan Ramadhan sudah melewati pertengahannya. Dan ibadah puasa, sudah berhari-hari kita kerjakan. Sudahkah kita merasakan hasil dari kerja keras kita ini?

Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa. Di dalamnya begitu banyak keberkahan, kasih sayang, cinta dan jutaan rahmat bertebaran di mana-mana. Inilah bulan cinta.. bukti cinta dari Allah swt, yang Ia berikan kepada kita. Sungguh tidak ada sebuah pemberian dari Allah kepada hamba-Nya di dunia, melebihi kemuliaan bulan Ramadhan.

Allah swt sangat mempersiapkan bulan ini, agar benar-benar bisa menjadi bulan kesucian dan penggemblengan bagi hamba-Nya. Dia persiapkan dari mulai waktunya yang 30 hari.. sungguh sangat lapang untuk bisa membentuk karakter dan sarana latihan kita. Kemudian dari euforianya, Ia juga sengaja memborgol iblis, membuka pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka. Sesuatu yang tidak akan pernah kita dapatkan selain di bulan Ramadhan. Bahkan Allah swt juga mengiming-imingi kita dengan pahala yang sangat berlimpah...

Pahala sholat sunnahnya, sama dengan pahala sholat fardhu di bulan-bulan lainnya. Belum lagi dengan keutamaan malam lailatul Qadar yang sebentar lagi akan datang.. Maka sungguh sangat merugi, bila kita yang diberi kesempatan beribadah di bulan Ramadhan kali ini, hanya mendapat baju baru, angpao baru, atau handphone baru... yang kesemuanya itu, bahkan dibawa ke kubur pun engga. Apalagi mau jadi temen kita di akhirat.. Emang bener hanya tipuan dunia.

Lantas, bagaimana caranya agar Puasa dan ibadah kita di bulan Ramadhan tidak sia-sia?

1. Tahu tujuannya;

Yang pertama harus kita perhatikan adalah, kita paham betul.. apa yang diharapkan dari ibadah puasa ini. Jangan sampai kita capek-capek puasa, tapi kita ga dapet apa-apa, hanya lapar tok. Karena kalau kita ingat-ingat, sungguh banyak ibadah kita yang ternyata sama sekali ga ngefek dengan tingkah laku kita.. alias ibadah formalitas. Kita sering sholat.. tapi sholatnya belum bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Kita selalu berpuasa, tapi setelah Ramadhan usai.. kita kembali jadi manusia sebelumnya yang banyak maksiatnya.. seolah, ingat Allah hanya di bulan Ramadhan. Setelahnya, boleh diabaikan. Ups!!

Diantara kita mungkin sudah sangat hafal, bahwa tujuan puasa adalah agar kita bertaqwa. Akan tetapi, tidak banyak yang sadar.. atau berusaha mencapai derajat taqwa tersebut, karena ga ngerti.. apa itu taqwa. Atau seperti saat kita bertasbih. Kita bahkan lebih sering mengingat hitungan dzikirnya, ketimbang mentadabburi makna dari dzikir tersebut.. Lebih fokus dengan hitungan 33-nya, dibanding mengingat gusti Allah-nya!!

Pada hakikatnya, tujuan ibadah adalah latihan buat diri kita, jiwa dan hati.. agar berakhlak mulia. Akhlak adalah karakter. Ia tidak membutuhkan proses berpikir untuk menunjukkan respon. Kalau akhlak kita bagus, penyabar.. maka kita ga butuh motivasi untuk bersabar, baru kita bisa sabar. Atau kita ga butuh banyak berpikir, merenung, untuk bisa bersyukur. Semua itu terjadi secara spontan. Itulah akhlak.

Bagaimana ini bisa terjadi? Akhlak terbentuk, memang awalnya adalah dari proses berpikir.. dari sebuah cara pandang. Hingga ketika proses berpikir itu berulang-ulang kita kerjakan, maka akan menjadi sebuah kebiasaan.. dan akhirnya menjadi karakter, alias akhlak. Memang bukan sebuah proses yang instan.. justru karena itulah, kita butuh banyak waktu untuk membentuk akhlak ini. Dan bulan Ramadhan adalah momen yang sangat tepat untuk itu..

2. Tertib dalam ibadahnya;

Tentu saja, menuju sebuah tujuan harus menjalani proses. Untuk bisa sampai ke Jakarta, harus menaati rutenya. Untuk bisa sampai ke surga, tentu harus berjalan dalam koridornya. Sama juga, untuk bisa sampai ke tujuan ibadah, harus serius dalam pelaksanaannya. Taati semua pra syaratnya, kita jaga rukunnya, kita maksimalkan nilainya... dan menghindari hal-hal yang bisa mengurangi kekhusyukannya.

Memang ga akan membatalkan puasa, kalau kita hanya sekedar membayangkan apa yang akan kita makan saat berbuka nanti. Tapi tentu akan lebih baik, kalau kita fokus dalam menahan hawa nafsu tersebut, ketimbang mendekati batasan akhirnya.

3. Terakhir adalah menjaga kualitas, bukan kuantitas.

Berapa kali kita khatam, tidaklah menjadi parameter seberapa sholeh Anda. Tapi yang akan membantu kita untuk mencapai derajat takwa tersebut adalah, kualitas dari membaca al Qurannya. Sudahkah kita memahami arti bacaannya? Sudahkah kita mentadabburi nya? Bagaimana pula dengan mengamalkannya?

Sungguh, sangat merugi bila kita menjadi umat yang tersesat, sementara al Quran setiap hari kita baca. Ini bisa terjadi karena kita membaca, namun tak pernah lebih dari kerongkongan.. terhenti dalam bacaan, tapi tak pernah sampai ke hati, apalagi untuk diamalkan.

Menakar Nilai Ibadah Kita

Ibn Qayyim al Jauziyah berkata, "Bahwa janji-janji pahala yang akan diberikan kepada kita, itu adalah apabila ibadah tersebut kita kerjakan dalam bentuknya yang paling sempurna.."

Maka, pahala sholat sunnah yang setara dengan sholat fardhu, dan lipat ganda dalam sedekah, atau juga dalam ibadah haji, hanya berlaku kalau kita benar-benar bersungguh-sungguh memberikan ibadah tersebut dengan sesempurna mungkin. Bila tidak, maka akan termasuk orang-orang yang seperti disebut Rasulullah di atas, hanya mendapat rasa lapar.. atau ngantuknya begadang.

Na'udzubillah..
Semoga Postingan Ini Bisa Bermanfaat Bagi Teman-Teman semua

0 Cara Belajar Yang Baik Dan Benar

Banyak sekali murid-murid sekolah saat ini belajar hanya jika ada ulangan atau ujian. Waktu yang paling tepat untuk belajar bisa di sesuaikan dengan mood dan toleransi tubuh kita. Tidak harus setiap malam. Kalau kita jam 8 atau jam 9 malam sudah merasa mengantuk bisa memilih waktu sore atau sehabis maghrib.

Jadi waktu belajar seseorang memang tidak bisa sama. Yang penting jangan terlalu memaksakan atau memporsir balajar hingga larut malam karena biasanya hasilnya juga tidak akan bisa maksimal.

Berikut Ini Tips Dan Trik Cara Belajar Yang Baik Untuk Menghadapi Ujian

1. Belajar Kelompok
Bosan belajar sendirian? Coba saja belajar secara kelompok bareng teman. Dengan belajar kelompok kegiatan belajar akan menjadi sangat menyenangkan karena ada temannya. Belajar secara kelompok sebaiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar bisa termotivasi dan ketularan pintar.

2. Coba Rajin Membuat Catatan Atau Intisari Dari Pelajaran
Setiap bab pelajaran selalu ada bagian-bagian yang penting. Nah bagian yang penting ini sebaiknya dibuat catatan di buku tersendiri. In sangat berguna saat menghadapi ulangan atau ada ujian.


3. Selalu Disiplin Dan Tekun Dalam Belajar
Yang penting di sini adalah kualitas belajarnya. Walaupun hanya 1-2 jam sehari tapi kalau di lakukan setiap hari pasti akan lebih baik dari pada belajar dalam waktu yang sangat lama pada waktu tertentu saja. Misalnya hanya belajar kalau ada ulangan atau ujian saja.

4. Bertanya Kalau Belum Paham
Biasanya saat guru selesai membahas satu mata pelajaran akan bertanya pada murid muridnya. Apakah sudah jelas? Jangan ragu dan takut untuk bertanya kalau memang kurang paham atau kurang mengerti.


5. Hindari Sikap Tidak Jujur
Sekarang ini banyak siswa membuat catatan untuk mencontek saat ada ulangan atau ujian. Dengan belajar dengan jadwal yang teratur seorang murid akan selalu siap jika ada ulangan dadakan dan tidak perlu mencontek!
 
Semoga Postingan Ini Bisa Bermanfaat Bagi Teman-Teman semua